Selasa, 05 Agustus 2008

Prof Kishore Mahbubani dan Diskusi Buku di Paramadina

Di awal bulan Agustus 2008 Universitas Paramadina kembali mengadakan diskusi buku. Kali ini buku yang ditulis dalam bahasa Inggris berjudul The New Asian Hemisphere, karya Profesor Kishore Mahbubani dari India.Adapun tema dari diskusi itu sendiri adalah Asian Rising. Yaitu mengenai kemajuan ekonomi bangsa-bangsa Asia dimana akhir-akhir ini mengalami kemajuan pesat.
Diskusi kali ini cukup berat bagi saya, karena acara sepenuhnya berlangsung dalam bahasa Inggris. Dengan bahasa-bahasa yang terasa sangat ilmiah dan "berat". Namun beruntung sedikit-sedikit saya bisa menangkap dan menuliskannya untuk anda.
Seperti biasa rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan menyampaikan keynote speech dan juga bertindak sebagai pembicara sekaligus moderator. Anies mengatakan bahwa Asia disebut-sebut mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi. China,Jepang,Singapura,Taiwan atau juga India dan lain-lain. Secara global ikut juga negara-negara lain dari latin seperti Brasil,Argentina atau Venezuela.Atau negara Eropa seperti Rusia. Dan banyak lainnya.Tapi Baswedan mempertanyakan mengapa negara Indonesia tidak disebut-sebut dalam daftar negara-negara itu.Indonesia tidak tercantum dalam daftar negara-negara yang mengalami "rising" tersebut.
Prof.Kishore menyinggung hal itu dengan mengatakan bahwa bangsa Indonesia pernah begitu berjaya melalui Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.Dan karena pernah berjaya,Kishore yakin bahwa Indonesia pun berpotensi untuk mengulangi kejayaan itu lagi.

Mengenai negara-negara yang disebut maju itu, Kishore memberi contoh China. Deng Xiaoping telah meletakkan dasar bagi kemajuan negeri China dengan mengubah ekonomi China yang semula sentralistik menjadi pasar terbuka (open market). Walaupun begitu China bukanlah negara Asia pertama yang mengalami kemajuan itu. Jepang telah mengalaminya pada tahun 1960-an. Jepang meniru atau menduplikasi sistem ekonomi di Amerika Serikat,Perancis serta Inggris.
Kishore mengatakan bahwa negara-negara Asia harus cepat belajar dalam mengembangkan ekonominya.Antar negara Asia harus saling memberi informasi sukses kepada negara lainnya.Negara-negara yang kurang sukses harus "mengkopi" sistem yang dipakai negara-negara maju. Singapura contohnya, banyak mengkopi kemajuan yang dipakai negara maju untuk diterapkan di negaranya sendiri.
Prof.Kishore memberi contoh lagi Brasil.Negara ini secara kultural maupun jumlah penduduk hampir sama dengan Indonesia.Tapi bicara masalah ekonomi Brasil selalu berada di level atas, atau menengah.Mereka berhasil menggabungkan "soccer talent" ke dalam "economic talent".
Kishore berpesan, tak ada jalan lain untuk meraih kemajuan selain pemerintah menyediakan pendidikan bagi rakyatnya. Indonesia sebenarnya telah menyediakan pendidikan dasar cukup besar bagi rakyatnya.Bahkan dibanding India sekalipun. Tapi tetap saja belum cukup, harus lebih diperbesar lagi.
Hadirin pun diberi kesempatan mengajukan pertanyaan. salah satunya mengenai kesulitan untuk meniru begitu saja sistem ekonomi negara lain karena negara Indonesia yang cukup unik secaa ekonomi,budaya maupun sosial dibanding negara lain.
Adapun jawaban Prof.Kishore atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengatakan bahwa sekalipun ekonomi Asia mengalami naik dan turun dalam perkembangannya, tapi secara umum Asia bertumbuh naik dalam perkembangan ekonominya. Dan Kishore berpesan: Jangan percaya begitu saja pada IMF.
China adalah negara yang paling banyak mendapatkan investasi.Sedang Nigeria adalah negara yang mendapatkan investasi paling kecil.Terserah sistem mana yang hendak Indonesia pilih,sistem China atau sistem Nigeria.
Di akhir acara Anies Baswedan kembali berpesan bahwa semua kemajuan perlu proses.China saja memerlukan 300 tahun untuk membangun Tembok China.Jadi ini bukan proses yang mudah.

Tidak ada komentar: