Ini kali kedua selama bulan Juli tahun 2008 Universitas Paramadina mengadakan diskusi buku setelah Buku Baru Karya Denny Indrayana Kali ini tanggal 23 Juli 2008 buku yang dibahas adalah karya dari Arthur G.Gish, berjudul Hebron Journal. Adapun pembicara selain Gish sendiri lainnya adalah Dr.Makarim Wibisono, seorang diplomat yang menguasai persoalan Palestina dan Asia Pasifik.Lalu ada Ir.Totok A.Soefijanto,M.A,,Ed.D dari Lembaga Kerjasama Perdamaian,Universitas Paramadina dan Harvard University. Sedangkan bertindak sebagai moderator dalam diskusi ini adalah dr.Syafiq Basri Assegaff,M.A.
Acara dibuka seperti biasa oleh dua keynote Speaker. Pertama adalah Putut Widjanarko yang mewakili penerbit, yaitu Mizan,dan di buku ini juga menuliskan pengantar. Yang kedua yaitu tuan rumah, sang rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan,Ph.D. Beliau lebih banyak memberi pidato berisi sambutan selamat datang kepada Gish yang telah bersedia datang ke Indonesia, khususnya Universitas Paramadina. Anies berpesan kepada hadirin bahwa Gish bukanlah seorang dosen yang akan mengeluarkan seluruh gagasannya bila tidak ada yang bertanya. Karenanya Anies mengajak hadirin untuk bertanya apa saja lebih banyak agar Gish mengeluarkan seluruh ilmu yang dimilikinya.
Bagi Putut Widjanarko sendiri,Brother Art,begitu biasanya kaum muslim di Athens menyapanya,adalah orang yang berkepribadian luar biasa.Begitu banyak hal yang telah dilakukannya bagi orang Palestina maupun umat manusia secara keseluruhan. Dia adalah sebuah pribadi dengan keyakinan yang total,yang "kaffah". Dan ketika Putu menghadiahkan sebuah kemeja batik kepadanya,Art lalu memakainya, dan beliau tampak sangat gagah.
Arthur G.Gish, atau akrab disapa Art Gish, atau Art saja adalah seorang aktivis perdamaian yang berasal dari Amerika Serikat. Beliau melawan kekejaman Israel di tanah Palestina dengan jalan cinta dan anti kekerasan. Dan memang menurut Anies Baswedan dalam kata sambutannya, walaupun tinggal di daerah Athens,kota kecil di bagian tenggara negara bagian Ohio,Art Gish adalah seorang yang memang berasal dari lingkungan Amish di Amerika Serikat. Kelompok Amish adalah suatu komunitas yang menarik batas tegas terhadap modernisasi. Kelompok ini dikenal memang cinta damai dan anti terhadap kekerasan.Dan pola hidup demikian pula yang menghiasi kehidupan dan perilaku Gish bersama istri tercintanya, Peggy Gish. Putut Widjanarko mengatakan bahwa Gish akan membawa sendiri gelas dan piring dari rumah bila akan menghadiri suatu pesta semata-mata agar tak perlu memakai styrofoam di tempat pesta yang menurutnya tidak ramah lingkungan. Memang styrofoam salah satu bahan yang tidak mudah terurai dan perlu ribuan tahun untuk menghancurkannya. Di rumah Gish sendiri tidak ada WC karena keluarga Gish akan memanfaat limbah manusia itu untuk dijadikan pupuk dan memanfaatkannya sebagai bahan organik.
Arthur Gish dan istrinya Peggy sendiri adalah penganut kristen yang menjadi anggota dari Christian Peacemaker Teams (CPT), sebuah organisasi kristen yang bergerak di bidang perdamaian dunia. Mereka berdua dikenal gigih dalam memperjuangkan anti kekerasan di seluruh dunia. Peristiwa paling terkenal yang Art lakukan, yang lalu menjadi cover depan Hebron Journal adalah ketika suatu siang hari di kota Hebron Art Gish menghadang sebuah tank Israel yang sedang berjalan menuju sebuah pasar orang Palestina di kota Hebron,Tepi Barat,dan akan menghancurkannya. Dengan keberanian yang luar biasa yang bahkan - menurut rektor Anies - seorang muslim pun belum tentu mampu melakukannya, Gish berhasil membuat tank itu berhenti ketika ujung meriam tank itu tinggal beberapa inci dari wajah Gish. Kehebohan yang dilakukan Art ini sampai juga di komunitas muslim di kota Athens,kampung halamannya,tempat tinggal Gish di Amerika. Sejak saat itu nama Gish makin dikenal dan perjuangannya juga mengilhami banyak orang lain lagi yang mempunyai ide atau gagasan anti kekerasan untuk melakukan hal yang sama.
Bukan hal yang mudah mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh seorang Arthur G.Gish. Dunia yang penuh cinta kasih, kedamaian,anti kekerasan tanpa memandang perbedaan suku bangsa maupun agama. Konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah sebenarnya bukanlah pertentangan antar agama.Melainkan persoalan politik dan "tanah adat" yang telah berjalan ribuan tahun lamanya. Persoalan menjadi melebar karena pihak-pihak yang bertikai membungkusnya dengan tema agama dengan tujuan -diantaranya- untuk menarik lebih banyak simpati. Terserah bagaimana penilaian Anda sekalian, sidang pembaca yang terhormat. Tapi hendaknya kita sepakat bahwa dunia memerlukan lebih banyak lagi Gish-Gish yang lain yang bersedia mengorbankan nyawanya sendiri demi kepentingan orang lain dan perdamaian dunia dan alam sekitar. PEACE....!
Minggu, 27 Juli 2008
Rabu, 23 Juli 2008
Inu Kencana,Sang Calon Presiden 2009
Sebetulnya peristiwa yang satu saya alami di hari yang sama pada saat saya menghadiri peluncuran dan diskusi buku karya Denny Indrayana,tanggal 2 Juli 2008. Lalu aku menghadiri pameran buku di Istora Senayan Jakarta. Keliling-keliling melihat buku-buku yang dipamerkan,ternyata sesaat lagi akan diadakan launcing buku yang ditulis oleh seorang yang sudah sangat kita kenal karena berita-berita yang sensasional, Inu Kencana. Beliau memang populer sekitar 5 tahun belakangan ini karena begitu "lugas" membongkar dan membuka segala kebobrokan di institut di mana Inu juga mengajar dan menjadi dosen, yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Inu seolah menjadi satu-satunya "malaikat di sarang penyamun" dalam setiap kasus yang menimpa IPDN. Dari matinya beberapa praja,peredaran obat terlarang,sampai seks bebas di kampus.
Diawali pemutaran secara singkat film mengenai penyiksaan antar mahasiswa di kampus IPDN,dari awal saja sudah menarik minat siapapun untuk menghadiri acara ini. Judulnya saja cukup provokatif: "Inu Kencana For President". Wah...ternyata sekarang benar-benar demokratis.Siapapun berhak menyatakan keinginannya menjadi pemimpin di negeri ini,bahkan menjadi presiden sekalipun.Dan ternyata seorang Inu juga berminat atas jabatan itu. Apalagi ditambah judul kecil dibawahnya: "Siapapun Presidennya,yang Penting Inu Kencana". Cukup menarik dan sah-sah saja. Untuk soal popularitas, salah satu syarat terpenting di era pemilihan presiden secara langsung, Inu telah memilikinya.Syarat soal kejujuran - walaupun urusan hati sangat sukar mengukurnya - publik telah banyak mengikuti berita soal Inu dan bisa menilainya. Dan syarat soal keberanian - sangat penting di negeri yang banyak mafia ini - rasanya Inu cukup bisa diacungi jempol. Kabar terakhir Ini bahkan telah dipindahtugaskan keluar dari IPDN karena terlalu (lama) vokal.
Apapun kita harus hormati pilihan politik Inu. Beliau telah siap menjadi presiden pada pilpres mendatang.Baginya,"Semua orang yang waras pasti siap.Hanya saja, mereka malu mengakuinya,katanya tegas. Ceplas ceplos,berani,pantang menyerah,relijius,cepat bertindak,hidup sederhana,dan memberi keteladanan adalah citra yang melekat pada sosoknya. Namun untuk menjadi RI-1 begitu panjang jalan yang harus dilalui.Berliku dan terjal, dan terkadang berada di bibir jurang. Undang-undang masih mengharuskan calon presiden diusulkan oleh partai politik. Dan kemampuan Inu untuk mendekati parpol-parpol harus dilakukan Inu dari sekarang. Kalaupun ingin melalui jalur independen, begitu banyak lagi permainan politik yang bermain,dan memakan waktu lama,karena UU belum mengaturnya, atau mendesak Mahkamah Konstitusi secepatnya mengeluarkan keputusan soal calon independen ini.
Kita tunggu saja berita selanjutnya dari Inu Kencana mengenai "keberanian" beliau yang satu ini. Rasanya masyarakat oke-oke saja dihadapkan pada semakin bervariasinya calon-calon pemimpin kita. Selamat berjuang Inu Kencana. Kami menunggumu...!Eintracht_Frankfurt
Selasa, 22 Juli 2008
Buku Baru Karya Denny Indrayana
Pada tanggal 2 Juli 2008 Universitas Paramadina yang berlokasi di jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan mengadakan acara peluncuran buku dan diskusi. Ada dua buku yang diluncurkan dan dibahas. Keduanya adalah karya dari Denny Indrayana, seorang pakar anti korupsi yang wajahnya sudah sering menghiasi layar kaca dan media cetak. Judulnya lumayan provokatif: Negeri Para Mafioso serta Negara Antara Ada dan Tiada.Denny tentunya juga bertindak sebagai pembicara. Sebenarnya ada 3 pembicara lagi yang diundang, yaitu Chandra Hamzah dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Anies Basdewan dari Paramadina, serta Andi Mallarangeng (juru bicara presiden) yang mewakili suara pemerintah. Namun bung Andi terlambat datang, sebab masih di pesawat dari Semarang. Dan akhirnya bung Andi datang juga langsung dari bandara ke acara ini. Luar biasa calon pemimpin kita yang satu ini.
Sebelum diskusi dimulai acara dibuka lebih dulu oleh keynote speech masing-masing oleh Jimly Assidiqqie, ketua Mahkamah Konstitusi, dilanjutkan oleh Anies Baswedan Rektor Universitas Paramadina selaku tuan rumah. Oh ya, adapun bertindak sebagai moderator adalah pakar ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendi Ghozali yang membawakan acara ini secara kocak sehingga diskusi menjadi segar dan tidak melelahkan.
Anies Baswedan mengatakan bahwa universitas yang dipimpinnya, Paramadina telah menjadi universitas pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengajarkan mata kuliah anti korupsi di setiap fakultasnya. Dan ini tentu saja merupakan suatu terobosan baru dalam memasyarakatkan budaya anti korupsi di masyarakat. Anies mengingatkan bahwa pemberantasan korupsi bukan pekerjaan satu dua hari. Kota Chicago di Amerika Serikat perlu waktu 60 tahun untuk membersihkan jaringan mafioso sampai ke akar-akarnya.Bangsa China bahkan memelukan waktu sampai 300 tahun untuk mendirikan tembok China.Walaupun sang pendiri,sebagai peletak batu pertama pun tak akan pernah melihat tembok itu selesai.Suatu analogi yang tepat dari seorang Anies Baswedan.
Jimly Assidiqqie berpendapat bahwa mungkin bangsa kita terlalu banyak teriak (anti korupsi), sehingga lama kelamaan masyarakat menjadi imun atau kebal, dan lama kelamaan malah jadi tidak peduli.
Chandra Hamzah dari KPK mengatakan bahwa "budaya" korupsi di Indonesia memang terkait dengan kebiasaan "tak enak kalau tak memberi". Masyarakat sudah terbiasa memberikan sesuatu kepada aparat atas jasa pelayanan yang didapat. Walaupun sebenarnya aparat sudah digaji untuk melayani.Dan gaji mereka sebenarnya berasal dari pajak rakyat juga. Chandra mengutarakan keterbatasan KPK untuk menuntaskan kebiasaan korupsi secara menyeluruh,karena kewewenangan KPK yang hanya meliputi para penegak hukum serta penyelenggara negara.
Sedangkan Denny Indrayana sebagai bintang utama siang itu mempertanyakan soal tidak beraninya KPK menyentuh/menyusup ke Mahkamah Agung,sebagai tindak lanjut dari berderet sepak terjang KPK selama ini,dari DPR sampai Kejaksaan Agung. Denny juga mengusulkan perlu dipercepatnya Undang Undang Tipikor, karena UU ini adalah merupakan tandem dari KPK sendiri. Denny lalu memberikan hiburan kepada hadirin dengan membacakan puisi karyanya sendiri (maaf bila tak terdengar jelas):
Andi Mallarageng, juru bicara presiden,yang tentu mewakili pemerintah mengatakan bahwa 10 tahun terakhir ini adalah rentang waktu yang luar biasa.Terutama beberapa tahun belakangan ini dimana KPK yang sering menangkap orang. jadi, Andi berpesan kita harus optimis bahwa negara masih ada, dan negara tidak boleh kalah.
Effendz Ghozali, sang moderator mengusulkan perlunya budaya malu bagi para pelaku korupsi. "Dek Pendi" mengusulkan supaya para koruptor diberikan "seragam tahanan KPK". Jadi diperlakukan sama seperti pelaku kejahatan lainnya, seperti maling ayam atau pencopet. Effendi juga mengingatkan hadirin bahwa korupsi itu juga sangat "mengganggu kesehatan", karena setiap pelaku korupsi biasanya masuk rumah sakit. Boleh juga peringatan Dek Pendi ini.
Para hadirin pun diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun mengutarakan pendapat.
Seorang hadirin menyatakan keberatannya pada istilah "korupsi berjemaah". Sebab menurutnya "berjemaah hanya boleh dipakai untuk kegiatan keagamaan. Yah terserah opini publik untuk setuju atau tidak permainan kata ini. Orang yang sama juga mengingatkan KPK akan bahayanya korupsi di TNI kita.
Penanya lainnya mempertanyakan apa sebenarnya kesulitan dari "pembuktian terbalik" dalam sistem penegakan hukum di negara kita.Sesuatu yang tampaknya mudah saja diterapkan negara lain.
Penanya berikut menceritakan pengalaman dari temannya yang sampai menjual sawah supaya anaknya bisa masuk sebagai Peagawai Negeri Sipil (PNS), yang untuk itu perlu dana sampai Rp.75 juta.Ini salah satu dasar dari mental korupsi aparat kita,sebab ketika bertugas tentu "modal awal" itu harus dicari gantinya.
Salah seorang hadirin yang mengaku sebagai pengusaha mengatakan bahwa para koruptor itu melakukan korupsi dengan relatif aman karena mereka berlindung di balik Undang Undang.
Sebelum diskusi dimulai acara dibuka lebih dulu oleh keynote speech masing-masing oleh Jimly Assidiqqie, ketua Mahkamah Konstitusi, dilanjutkan oleh Anies Baswedan Rektor Universitas Paramadina selaku tuan rumah. Oh ya, adapun bertindak sebagai moderator adalah pakar ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendi Ghozali yang membawakan acara ini secara kocak sehingga diskusi menjadi segar dan tidak melelahkan.
Anies Baswedan mengatakan bahwa universitas yang dipimpinnya, Paramadina telah menjadi universitas pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengajarkan mata kuliah anti korupsi di setiap fakultasnya. Dan ini tentu saja merupakan suatu terobosan baru dalam memasyarakatkan budaya anti korupsi di masyarakat. Anies mengingatkan bahwa pemberantasan korupsi bukan pekerjaan satu dua hari. Kota Chicago di Amerika Serikat perlu waktu 60 tahun untuk membersihkan jaringan mafioso sampai ke akar-akarnya.Bangsa China bahkan memelukan waktu sampai 300 tahun untuk mendirikan tembok China.Walaupun sang pendiri,sebagai peletak batu pertama pun tak akan pernah melihat tembok itu selesai.Suatu analogi yang tepat dari seorang Anies Baswedan.
Jimly Assidiqqie berpendapat bahwa mungkin bangsa kita terlalu banyak teriak (anti korupsi), sehingga lama kelamaan masyarakat menjadi imun atau kebal, dan lama kelamaan malah jadi tidak peduli.
Chandra Hamzah dari KPK mengatakan bahwa "budaya" korupsi di Indonesia memang terkait dengan kebiasaan "tak enak kalau tak memberi". Masyarakat sudah terbiasa memberikan sesuatu kepada aparat atas jasa pelayanan yang didapat. Walaupun sebenarnya aparat sudah digaji untuk melayani.Dan gaji mereka sebenarnya berasal dari pajak rakyat juga. Chandra mengutarakan keterbatasan KPK untuk menuntaskan kebiasaan korupsi secara menyeluruh,karena kewewenangan KPK yang hanya meliputi para penegak hukum serta penyelenggara negara.
Sedangkan Denny Indrayana sebagai bintang utama siang itu mempertanyakan soal tidak beraninya KPK menyentuh/menyusup ke Mahkamah Agung,sebagai tindak lanjut dari berderet sepak terjang KPK selama ini,dari DPR sampai Kejaksaan Agung. Denny juga mengusulkan perlu dipercepatnya Undang Undang Tipikor, karena UU ini adalah merupakan tandem dari KPK sendiri. Denny lalu memberikan hiburan kepada hadirin dengan membacakan puisi karyanya sendiri (maaf bila tak terdengar jelas):
Andi Mallarageng, juru bicara presiden,yang tentu mewakili pemerintah mengatakan bahwa 10 tahun terakhir ini adalah rentang waktu yang luar biasa.Terutama beberapa tahun belakangan ini dimana KPK yang sering menangkap orang. jadi, Andi berpesan kita harus optimis bahwa negara masih ada, dan negara tidak boleh kalah.
Effendz Ghozali, sang moderator mengusulkan perlunya budaya malu bagi para pelaku korupsi. "Dek Pendi" mengusulkan supaya para koruptor diberikan "seragam tahanan KPK". Jadi diperlakukan sama seperti pelaku kejahatan lainnya, seperti maling ayam atau pencopet. Effendi juga mengingatkan hadirin bahwa korupsi itu juga sangat "mengganggu kesehatan", karena setiap pelaku korupsi biasanya masuk rumah sakit. Boleh juga peringatan Dek Pendi ini.
Para hadirin pun diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun mengutarakan pendapat.
Seorang hadirin menyatakan keberatannya pada istilah "korupsi berjemaah". Sebab menurutnya "berjemaah hanya boleh dipakai untuk kegiatan keagamaan. Yah terserah opini publik untuk setuju atau tidak permainan kata ini. Orang yang sama juga mengingatkan KPK akan bahayanya korupsi di TNI kita.
Penanya lainnya mempertanyakan apa sebenarnya kesulitan dari "pembuktian terbalik" dalam sistem penegakan hukum di negara kita.Sesuatu yang tampaknya mudah saja diterapkan negara lain.
Penanya berikut menceritakan pengalaman dari temannya yang sampai menjual sawah supaya anaknya bisa masuk sebagai Peagawai Negeri Sipil (PNS), yang untuk itu perlu dana sampai Rp.75 juta.Ini salah satu dasar dari mental korupsi aparat kita,sebab ketika bertugas tentu "modal awal" itu harus dicari gantinya.
Salah seorang hadirin yang mengaku sebagai pengusaha mengatakan bahwa para koruptor itu melakukan korupsi dengan relatif aman karena mereka berlindung di balik Undang Undang.
Label:
buku,
diskusi,
Jakarta,
launching,
Paramadina
Rabu, 16 Juli 2008
Pemeran Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2007
Untuk ketujuh kalinya sejak tahun 2002,Kompas menyelenggarakan Pameran Ilustrasi Cerpen. Pameran ini berisi hasil-hasil karya berupa lukisan yang selalu menyertai dalam pemuatan cerita pendek (cerpen) harian Kompas Minggu. Secara awam memang tak terlihat kaitan antara isi cerpen dan makna lukisannya.Namun keduanya memang karya seni yang sangat sedap dipandang dan bagus untuk diapresiasi. Karya yang dihasilkan sebetulnya adalah karya yang benar-benar bebas.Redaksi Kompas sendiri hanya berpesan agar karya tidak "porno",karena karya itu untuk dimuat di koran umum,di tengah isi kepala para pembaca yang warna rambut boleh sama tapi isi di baliknya bisa sangat berbeda-beda.
Untuk tahun 2008, pameran berlangsung tanggal 26 Juni sampai ..... Juli dan tetap berlokasi di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Seperti biasa acara didahului oleh Pak Efix Mulyadi, pengelola BBJ, yang mengatakan bahwa selain di Jakarta, pameran ini akan berlanjut di dua kota lain, yaitu Bandung dan Surabaya. Sayangnya Pak Jacob Oetama,bos Kompas berhalangan hadir untuk membuka pameran ini. Adapun karya-karya yang dipajang adalah ilustrasi cerpen yang dimuat sepanjang tahun 2007.Sebanyak 40 pelukis yang karyanya menghiasi Kompas Minggu.
Pada hari pembukaan,tanggal 26, diadakan juga acara peluncuran buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006, Cinta di Atas Perahu Cadik. Sebanyak 12 penulis yang hasil karya terpilih sebagai yang terbaik menerima penghargaan dari harian Kompas diabadikan bersama dan cerpen mereka di bundel dalam satu buku. Beberapa nama sudah sangat dikenal, misalnya Djenar Maesa Ayu yang juga berprofesi sebagai pemain sinetron dan teater.
Adapun 12 penulis itu beserta karyanya adalah:
-
-
-
-
-
-
-
Beberapa tokoh dan wajah terkenal tampak hadir dalam pembukaan pameran ini, seperti artis Rieke Dyah Pitaloka yang datang bersama suami, ahli pertelevisian Ishadi SK, dan beberapa nama lain. Rieke sendiri dengan guyon mengaku cukup kecewa karena cerpennya yang berjudul......tidak terpilih sebagai cerpen pilihan. Tak mengapalah, melihat si "Oneng" secara langsung saja kita juga sudah senang.
Patut kita sanjung dan dukung atas konsistensi Kompas menyediakan ruang dan penghargaan bagi para penulis dan seniman di tanah air.Semoga apresiasi dari Kompas membuat para penulis dan seniman - apapun bidangnya - semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya yang lebih bagus lagi. Salut...!
Untuk tahun 2008, pameran berlangsung tanggal 26 Juni sampai ..... Juli dan tetap berlokasi di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Seperti biasa acara didahului oleh Pak Efix Mulyadi, pengelola BBJ, yang mengatakan bahwa selain di Jakarta, pameran ini akan berlanjut di dua kota lain, yaitu Bandung dan Surabaya. Sayangnya Pak Jacob Oetama,bos Kompas berhalangan hadir untuk membuka pameran ini. Adapun karya-karya yang dipajang adalah ilustrasi cerpen yang dimuat sepanjang tahun 2007.Sebanyak 40 pelukis yang karyanya menghiasi Kompas Minggu.
Pada hari pembukaan,tanggal 26, diadakan juga acara peluncuran buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006, Cinta di Atas Perahu Cadik. Sebanyak 12 penulis yang hasil karya terpilih sebagai yang terbaik menerima penghargaan dari harian Kompas diabadikan bersama dan cerpen mereka di bundel dalam satu buku. Beberapa nama sudah sangat dikenal, misalnya Djenar Maesa Ayu yang juga berprofesi sebagai pemain sinetron dan teater.
Adapun 12 penulis itu beserta karyanya adalah:
-
-
-
-
-
-
-
Beberapa tokoh dan wajah terkenal tampak hadir dalam pembukaan pameran ini, seperti artis Rieke Dyah Pitaloka yang datang bersama suami, ahli pertelevisian Ishadi SK, dan beberapa nama lain. Rieke sendiri dengan guyon mengaku cukup kecewa karena cerpennya yang berjudul......tidak terpilih sebagai cerpen pilihan. Tak mengapalah, melihat si "Oneng" secara langsung saja kita juga sudah senang.
Patut kita sanjung dan dukung atas konsistensi Kompas menyediakan ruang dan penghargaan bagi para penulis dan seniman di tanah air.Semoga apresiasi dari Kompas membuat para penulis dan seniman - apapun bidangnya - semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya yang lebih bagus lagi. Salut...!
Pameran 10 Tahun Reformasi di Goethe Haus
Bertempat di Goethe Haus, Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta berlangsung Peringatan 10 Tahun Tragedi Kemanusiaan 13-15 Mei 1998. Acara yang berlangsung tanggal 13 sampai 15 Mei 2008 ini meliputi Pameran Fakta dan Data, Benda-Benda Mei 98, serta pemutaran film dokumenter. Acara tambahan lainnya adalah Refleksi Budaya Tragedi Kemanusiaan Mei 98 dan Rumah Kenangan Mei 98, seminar Tragedi Kemanusiaan Mei 98 dan Rumah Kenangan Mei 98, serta acara bedah buku berjudul Kerusuhan Mei 1998, Fakta, Data & Analisa.
Pameran dibuka dengan acara diskusi dengan tiga orang pembicara dan satu moderator yang dua diantaranya cukup dikenal, yaitu Romo Mudji Sutrisno,seorang rohaniwan, dan satu lagi budayawan Emha Ainun Najib.
Foto-foto yang dipamerkan cukup mewakili ingatan kita akan peristiwa 10 tahun lalu itu. Gambar kerusakan Topaz Theater di bilangan Cempaka Putih(?),kerusuhan dan penjarahan di daerah Pecenongan,Jakarta Pusat, sampai serbuan masyarakat ke rumah Liem Sioe Liong, taipan jaman orde baru, yang dikenal dekat dengan Cendana.
Ada pula dipamerkan buku-buku yang isinya terkait dengan peristiwa Mei 98,seperti Kudeta Mei 98,Kontroversi Kudeta Prabowo, atau juga Habibie,Prabowo dan Wiranto Bersaksi. Serta judul-judul lainnya.
Yang berhubungan dengan para korban Mei 98 juga ikut dipamerkan. Ada lebih dari 30 gambar yang dipajang. Disampingnya ada meja yang diatasnya tertumpuk barang-barang yang dahulu milik para korban itu,seperti baju,sepatu,topi, atau foto-foto dan buku pelajaran.
Pesan yang didapat dari keseluruhan pameran ini jelas, yakni bahwa tragedi besar ini masih menyisakan banyak pertanyaan. Siapa sebenarnya sang dalang? Siapa yang bertanggungjawab? Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa pada saat itu tak ada satu hidung aparat pun yang terlihat? Mengapa begitu sulit mengungkaptuntaskan masalah ini,setelah 10 tahun berlalu? Padahal sebagian besar pemegang komando dan otoritas keamanan saat itu masih hidup sampai sekarang. Hanya pucuk pimpinan,Jendral Soeharto saja yang telah meninggal. Sebagian besar lainnya masih hidup nyaman sampai sekarang, bahkan berniat mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2009. Saya rasa masyarakat sudah tahu siapa itu yang dimaksud.
Sebagai orang awam, saya hanya bisa mengingatkan anda semua sebagai sesama anak bangsa untuk bersama menjaga negara dan bangsa ini agar peristiwa pahit semacam itu tidak terulangi lagi sampai kapanpun. Salam damai...!
Pameran dibuka dengan acara diskusi dengan tiga orang pembicara dan satu moderator yang dua diantaranya cukup dikenal, yaitu Romo Mudji Sutrisno,seorang rohaniwan, dan satu lagi budayawan Emha Ainun Najib.
Foto-foto yang dipamerkan cukup mewakili ingatan kita akan peristiwa 10 tahun lalu itu. Gambar kerusakan Topaz Theater di bilangan Cempaka Putih(?),kerusuhan dan penjarahan di daerah Pecenongan,Jakarta Pusat, sampai serbuan masyarakat ke rumah Liem Sioe Liong, taipan jaman orde baru, yang dikenal dekat dengan Cendana.
Ada pula dipamerkan buku-buku yang isinya terkait dengan peristiwa Mei 98,seperti Kudeta Mei 98,Kontroversi Kudeta Prabowo, atau juga Habibie,Prabowo dan Wiranto Bersaksi. Serta judul-judul lainnya.
Yang berhubungan dengan para korban Mei 98 juga ikut dipamerkan. Ada lebih dari 30 gambar yang dipajang. Disampingnya ada meja yang diatasnya tertumpuk barang-barang yang dahulu milik para korban itu,seperti baju,sepatu,topi, atau foto-foto dan buku pelajaran.
Pesan yang didapat dari keseluruhan pameran ini jelas, yakni bahwa tragedi besar ini masih menyisakan banyak pertanyaan. Siapa sebenarnya sang dalang? Siapa yang bertanggungjawab? Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa pada saat itu tak ada satu hidung aparat pun yang terlihat? Mengapa begitu sulit mengungkaptuntaskan masalah ini,setelah 10 tahun berlalu? Padahal sebagian besar pemegang komando dan otoritas keamanan saat itu masih hidup sampai sekarang. Hanya pucuk pimpinan,Jendral Soeharto saja yang telah meninggal. Sebagian besar lainnya masih hidup nyaman sampai sekarang, bahkan berniat mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2009. Saya rasa masyarakat sudah tahu siapa itu yang dimaksud.
Sebagai orang awam, saya hanya bisa mengingatkan anda semua sebagai sesama anak bangsa untuk bersama menjaga negara dan bangsa ini agar peristiwa pahit semacam itu tidak terulangi lagi sampai kapanpun. Salam damai...!
Label:
diskusi,
goethe haus,
Indonesia,
Jakarta,
pameran
Selasa, 15 Juli 2008
Green Festival 2008
Dalam postingan yang ketiga ini terkait dengan lingkungan. Kisahnya adalah saat saya menghadiri acara Green Festival yang berlangsung di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Festival Green (Greenfest) yang berlangsung tanggal 18 sampai 20 April ini diselenggarakan bersama oleh Green Initiative Forum yang terdiri atas lima perusahaan, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk, Kompas, Female Radio, MetroTV dan PT Pertamina (Persero). Target dari penyelenggaraan festival yang melibatkan hampir semua pihak di bidang pengelolaan lingkungan ini adalah untuk membangun kesadaran dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai isu pemasan global sebagai penyebab perubahan iklim. Selama tiga hari para pengunjung akan mendapat suguhan edukasi dan hiburan seputar lingkungan hidup dan global warming, dan semua program dalam festival bisa dinikmati para pengunjung secara gratis.
Dengan tema "Aksiku untuk Bumi", Green Festival benar-benar menampilkan totalitas sebagai sebuah festival bertema lingkungan. Beragam acara dan kegiatan dibagi atas tiga zona, yaitu zona A, zona B, dan zona C.
Zona A dimulai dari gerbang masuk menuju area Greenfest. Pengunjung langsung merasakan panasnya bumi akibat global warming.Dan manusia harus melakukan sesuatu mengatasinya. Setelah melewati serambi, pengunjung tiba di 3 terowongan (tunnel). Tunnel 1 dan 2 berisi gambaran hidup sehari-hari warga Jakarta umumnya karya Benny & Mice (pengisi tetap Kompas Minggu). Karikatur Benny dan Mice bertebaran di lokasi ini. Dan semuanya begitu menggelitik kita yang menikmatinya. Area ini merefleksikan perilaku & gaya hidup masing-masing keluarga pada umumnya dan individu khususnya, bahwa yang menyebabkan bumi ini panas sebenarnya adalah kita-kita sendiri. Adapun tunnel 3 menyuguhkan dampak apa saja yang akan terjadi apabila keadaan bumi dan perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan tetap dipertahankan.
Zona B adalah inti dari penyelenggaraan keseluruhan Greenfest. Area ini memberi pengetahuan bagi setiap keluarga dan individu mengenai apa saja yang bisa kita lakukan sehari-hari dimulai dari lingkungan paling kecil, yaitu rumah.Pengunjung akan melewati replika rumah yang terdiri atas area halaman, ruang keluarga, ruang tamu, kamar tidur, hingga ruang dapur.
Keseluruhan area tersebut memberikan informasi dan pengalaman langsung yang lebih bersifat edukasi tentang upaya-upaya pencegahan dan pengurangan dampak global warming. Zona B ini merupakan persembahan penyelenggara bekerjasama dengan WWF & Yayasan Pelangi sebagai penyuplai materi dan didukung pula oleh LSM yang melengkapi semua properti.
Zona C yang kita masuki kemudian menghadirkan nyawa dan semangat Greenfest 2008. Di sini ada bazaar LSM, bazaar komunitas, area kidzone, area foodcourt, area sponsor dan juga area panggung. Acara panggung di Green Festival akan berlangsung seharian penuh, dari pagi hingga malam. Dan, semuanya dapat dinikmati secara gratis. Acara-acara di festival tiga hari ini dikemas secara simultan dan lengkap (full-entertainment). Dari panggung utama, para pengunjung dapat menikmati beragam jenis acara, mulai dari pentas musik dan seni, aneka permainan berhadiah, pemutaran film hingga talkshow dengan tema-tema yang menarik.
Beberapa artis terkenal seperti Letto, Nugie, Marcell, White Soes & Couples Company, Maliq & d’Essential dan Oppie akan tampil di panggung utama. Tak ketinggalan artis Ulli Sigar Rusady yang konsisten mengkampanyekan lingkungan hidup lewat lagu-lagunya.
Selain menampilkan artis-artis terkenal, pentas musik juga diisi oleh kelompok musik dari beberapa sekolah. Untuk anak-anak, ada tokoh kartun Muppets Jalan Sesama yang akan tampil setiap hari dan pertunjukan anak-anak lainnya seperti pentas tari dan operet dari Anak Lazuari GIS
Selain itu, di sini juga akan digelar acara fashion show, funbike dan demonstrasi pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dipraktekkan langsung di lingkungan sekitar. Juga ada acara Tanam Pohon Senayan bersama ibu Tati Fauzi Bowo.
Dengan tema "Aksiku untuk Bumi", Green Festival benar-benar menampilkan totalitas sebagai sebuah festival bertema lingkungan. Beragam acara dan kegiatan dibagi atas tiga zona, yaitu zona A, zona B, dan zona C.
Zona A dimulai dari gerbang masuk menuju area Greenfest. Pengunjung langsung merasakan panasnya bumi akibat global warming.Dan manusia harus melakukan sesuatu mengatasinya. Setelah melewati serambi, pengunjung tiba di 3 terowongan (tunnel). Tunnel 1 dan 2 berisi gambaran hidup sehari-hari warga Jakarta umumnya karya Benny & Mice (pengisi tetap Kompas Minggu). Karikatur Benny dan Mice bertebaran di lokasi ini. Dan semuanya begitu menggelitik kita yang menikmatinya. Area ini merefleksikan perilaku & gaya hidup masing-masing keluarga pada umumnya dan individu khususnya, bahwa yang menyebabkan bumi ini panas sebenarnya adalah kita-kita sendiri. Adapun tunnel 3 menyuguhkan dampak apa saja yang akan terjadi apabila keadaan bumi dan perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan tetap dipertahankan.
Zona B adalah inti dari penyelenggaraan keseluruhan Greenfest. Area ini memberi pengetahuan bagi setiap keluarga dan individu mengenai apa saja yang bisa kita lakukan sehari-hari dimulai dari lingkungan paling kecil, yaitu rumah.Pengunjung akan melewati replika rumah yang terdiri atas area halaman, ruang keluarga, ruang tamu, kamar tidur, hingga ruang dapur.
Keseluruhan area tersebut memberikan informasi dan pengalaman langsung yang lebih bersifat edukasi tentang upaya-upaya pencegahan dan pengurangan dampak global warming. Zona B ini merupakan persembahan penyelenggara bekerjasama dengan WWF & Yayasan Pelangi sebagai penyuplai materi dan didukung pula oleh LSM yang melengkapi semua properti.
Zona C yang kita masuki kemudian menghadirkan nyawa dan semangat Greenfest 2008. Di sini ada bazaar LSM, bazaar komunitas, area kidzone, area foodcourt, area sponsor dan juga area panggung. Acara panggung di Green Festival akan berlangsung seharian penuh, dari pagi hingga malam. Dan, semuanya dapat dinikmati secara gratis. Acara-acara di festival tiga hari ini dikemas secara simultan dan lengkap (full-entertainment). Dari panggung utama, para pengunjung dapat menikmati beragam jenis acara, mulai dari pentas musik dan seni, aneka permainan berhadiah, pemutaran film hingga talkshow dengan tema-tema yang menarik.
Beberapa artis terkenal seperti Letto, Nugie, Marcell, White Soes & Couples Company, Maliq & d’Essential dan Oppie akan tampil di panggung utama. Tak ketinggalan artis Ulli Sigar Rusady yang konsisten mengkampanyekan lingkungan hidup lewat lagu-lagunya.
Selain menampilkan artis-artis terkenal, pentas musik juga diisi oleh kelompok musik dari beberapa sekolah. Untuk anak-anak, ada tokoh kartun Muppets Jalan Sesama yang akan tampil setiap hari dan pertunjukan anak-anak lainnya seperti pentas tari dan operet dari Anak Lazuari GIS
Selain itu, di sini juga akan digelar acara fashion show, funbike dan demonstrasi pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dipraktekkan langsung di lingkungan sekitar. Juga ada acara Tanam Pohon Senayan bersama ibu Tati Fauzi Bowo.
Langganan:
Postingan (Atom)